Jumat, 01 Juni 2012

PELUANG USAHA MINYAK ATSIRI YG MSH SANGAT BESAR




Berbicara masalah komoditi ekspor nonmigas, minyak atsiri dari nilam merupakan salah satu andalan. Bahkan negeri kita tercatat sebagai pengekspor minyak nilam terbesar di dunia. Meski populer di pasar internasional, anehnya minyak atsiri nilam kurang akrab di telinga kita. Apalagi masih sedikit yang mengenal sosok tanaman nilam dengan baik. Padahal ini peluang bisnis di masa depan. Nilam merupakan salah satu dari 150 – 200 spesies tanaman penghasil minyak atsiri. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 40 – 50 jenis, tetapi baru sekitar 15 spesies yang diusahakan secara komersial.

Tanaman nilam mempunyai julukan keren Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth, alias Pogostemon mentha. Aslinya dari Filipina, tapi sudah dikembangkan juga di Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brasil, dan Indonesia. Gara-gara banyak ditanam di Aceh, lantas juga dijuluki nilam aceh. Varietas ini banyak dibudidayakan secara komersial.

Sampai saat ini Daerah Istimewa Aceh, terutama Aceh Selatan dan Tenggara, masih menjadi sentra tanaman nilam terluas di Indonesia (Ditjen Perkebunan, 1997). Disusul Sumatra Utara (Nias, Tapanuli Selatan), Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah (Banyumas, Banjarnegara), dan Jawa Timur (Tulungagung). Umumnya, masih didominasi perkebunan rakyat berskala kecil. Potensi daerah inilah yang nantinya dapat dijadikan peluang bisnis yang menjanjikan. Karena permintaan minyak atsiri diberbagai pasar luar negeri cukup banyak. Kontribusi ekspor minyak atsiri relatif kecil terhadap nilai devisa total Indonesia. Namun, ternyata terjadi kenaikan permintaan setiap tahun. Bahkan peningkatannya cukup tajam. Sehingga peluang usaha minyak atsiri dalam hal pengembangan industrinya sangatlah terbuka lebar.

Varietas lainnya, Pogostemon heyneanus, berasal dari India. Juga disebut nilam jawa atau nilam hutan karena banyak tumbuh di hutan di Pulau Jawa. Ada lagi Pogostemon hortensis, atau nilam sabun (minyak atsirinya bisa untuk mencuci pakaian). Banyak terdapat di daerah Banten, Jawa Barat, sosok tanamannya menyerupai nilam jawa, tapi tidak berbunga.

Minyak atsiri (atau asiri) juga disebut minyak eteris atau minyak terbang (essensial oil atau volatile). Dinamai demikian karena mudah terbang (menguap) pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi. Aroma minyak atsiri umumnya khas, sesuai jenis tanamannya. Bersifat mudah larut dalam pelarut organik, tapi tidak larut air.

Quote:
MINYAK ATSIRI: Koperasi Berpotensi Mengelola
Tuesday, 27 March 2012 09:32

JAKARTA: Koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah dinilai memiliki prospek cerah mengoptimalkan pengelolaan komoditas minyak atsiri berdasarkan kebutuhan pasar lokal dan ekspor masih terbuka lebar. Braman Setyo, Deputi Bidang Produksi Kementerian Koperasi dan UKM, mengatakan minyak atsiri atau yang disebut juga essential oils, etherial oils, atau volatile oils adalah komoditi yang memiliki potensi besar digarap di Indonesia.

”Minyak atsiri adalah ekstrak alami dari jenis tumbuh-tumbuhan tertentu yang bisa diolah dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada 70 jenis bahan baku minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan,” katanya kepada Bisnis, Senin, 26 Maret 2012.

Dari 70 jenis bahan baku minyak di Indonesia dan diperdagangkan ke pasar internasional, 40 jenis di antaranya diproduksi langsung di Indonesia. Produksi minyak atsiri Indonesia yang berasal dari daun nilam menghasilkan 800 ton per tahun.

Selain itu dari daung kenanga menghasilkan sekitar 25 ton per tahun. Berikutnya akar wangi sekitar 30 ton per tahun, serai wangi sebanyak 500 ton, pala 350 ton, cengkeh 2.500 ton. Hasil produk pelaku koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM) itu diekspor sebagai komoditas aromatik.

Menurut Braman, sebagian besar minyak atsiri yang diekspor, bersumber hasil dari ramuan minyak nilam 64%, kenanga 67%, akar wangi 26%, serai wangi 12%, pala 72%, cengkeh 63%, jahe 0,4%, dan lada sebesar 0,9%.

“Adapun negara tujuan ekspor antara lain beberapa negara Eropa, Amerika Serikat, Australia, Afrika, Kanada dan negara-negara Asia Tenggara. Kapasitas ekspor minyak atsiri dari tahun ke tahun terus meningkat,” tukas Braman Setyo.

Pada 2011, misalnya, ekspor minyak atsiri meningkat lebih baik dari tahun sebelumnya (periode Januari-Agustus 2010) sebesar Rp2,6 triliun, naik sekitar 31,27% atau berhasil mencapai nilai transaksi sebesar Rp3,4 trilun.

Di Indonesia penggunaan minyak atsiri sangat beragam, dan dapat digunakan melalui berbagai cara. Misalnya melalui mulut atau dikonsumsi langsung berupa makanan dan minuman seperti jamu yang mengandung minyak atsiri,yakni penyedap/fragrant makanan, flavour es krim, permen, pasta gigi.

Pemakaian luar bisa digunakan untuk memijatan, lulur, lotion, balsam, sabun mandi, shampo, obat luka/memar, pewangi badan (parfum). Melalui pernapasan untuk inhalasi/aromaterapi seperti pewangi ruangan, pengharum tisu, pelega pernafasan rasa sejuk dan aroma lain.

“Saat ini Koperasi Serba Usaha (KSU) Tunas Maju di Desa Ngargosari, Kulon Progo, Jawa Tengah, mengoptimalkan sumber komoditas untuk minyak atsiri. Mereka adalah usaha desa yang coba eksis memanfaatkan peluang terpendam minyak atsiri.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar